Pada umumnya sistem struktur yang dipakai untuk bangunan Tongkonan adalah sistem konstruksi pasak (knock down)
Beberapa keistimewaan tongkonan di Ke’te’ Kesu’ adalah:
- Katik, bagian depan bentuknya agak berbeda yaitu bentuknya panjang dan ramping.
- Sedangkan tiang kolom, untuk tongkonan yang tertua berjumlah 7 buah, berjajar pada bagian lebar bangunan. Tiang kolom pada alang seluruhnya berjumlah 8 buah, dengan 2 kolom berjajapada bagian lebar bangunan dan 4 kolom ke arah belakang/ bagian panjang bangunan.
- Bangunan/Tongkonan yang tertua mempunyai struktur bangunan yang lebih rendah daripada tongkonan yang baru dengan bentuk tiang kolom empat persegi.
Bentuk dari Tongkonan dapat dibagi menjadi:
a. Bagian kolong rumah (sulluk banua)
· Pondasi: pondasi yang digunakan adalah dari batuan gunung, diletakkan bebas di bawah Tongkonan tanpa pengikat antara tanah, kolom dan pondasi itu sendiri.
· Kolom/tiang (a’riri): tiang terbuat dari kayu uru, sedangkan untuk alang digunakan kayu nibung, sejenis pohon palem. Bentuk kolomnya persegi empat, pada alang bentuknya adalah bulat. Perbedaan bentuk tersebut menunjukkan perbedaan dari fungsi bangunan, yaitu Tongkonan untuk manusia, sedangkan alang untuk barang (padi). Penggunaan kayu nibung dimaksudkan agar tikus tidak dapat naik ke atas, karena serat kayu ini sangat keras dan sapat sehingga terlihat licin.
· Balok: sebagai pengikat antara kolom-kolom digunakan balok-balok dengan fungsi seperti sloof, yang dapat mencegah terjadinya pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok dengan kolom digunakan sambungan pasak, disini tidak dipergunakan sambungan paku/baut. Bahan yang digunakan adalah kayu uru. Jumlah baloknya ada 3 buah, sedangkan pada alang hanya 1 buah, yaitu sebagai pengikat pada bagian bawah. Tangga menggunakan kayu uru.
b. Bagian Badan rumah
· Lantai: pada Tongkonan terbuat dari papan kayu uru yang disusun di atas pembalokan lantai. Disusunya pada arah memanjang sejajar balok utama. Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.
· Dinding: pada Tongkonan dinding disusun satu sama lain dengan sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat utama yang dinamakan Sambo Rinding.
Dinding yang berfungsi sebagai rangka menggunakan kayu uru atau kayu kecapi. Sedangkan dinding pengisinya menggunakan kayu enau.
c. Bagian kepala
· Atap: pada Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun tumpang tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh tali bamboo/rotan. Fungsi dari susunan demikian adalah untuk mencegah masuknya air hujan melalui celah-celahnya. Fungsi lain adalah sebagai ventilasi, karena pada Tongkonan tidak terdapat celah pada dindingnya.
Susunan bambu di taruh di atas kaso yang terdapat pada rangka atap. Susunan tampak (overstek) minimal 3 lapis, maximal 7 lapis, setelah itu disusun atap dengan banyak lapis yang tidak ditentukan, hanya mengikuti bentuk rangka atap sehingga membentuk seperti perahu.
Fungsi dari Tolak Somba adalah untuk menunjang/menopang agar Longa tidak runtuh/turun. Sangkinan Longa adalah sebagai keseimbangan dari Longa. Semakin panjang Longanya maka jumlah Sangkinan Longanya pun semakin banyak.
· Dinding: susunanya seperti dinding pada bagian kepala badan.
Tata Ruang Dalam
Pola tata ruang dalam pada badan rumah (Kale Banua) pada Tongkonan di Kete’ terbagi atas 3 ruang utama. Ruang-ruang tersebut mempunyai fungsi sesuai dengan urutan daru Utara ke Selatan, masing-masing:
a. Tangdo: ruang ini terletak di sebelah Utara berfungsi sebagai ruang tidur nenek, kakek, dan anak laki-laki. Ruang ini terletak di Utara karena pengawasan terhadap anggota keluarga lebih terjaga. Orang tua/kakek-nenek sebagai orang yang dituakan.
Jendela pada ruang Tangdo berjumlah 2 buah yang menghadap Utara. Peil lantai pada ruang Tangdo sama dengan ruang sumbung dan tidak terdapat ornamen.
b. Sali: ruang ini terletak di tengah bangunan yang berfungsi sebagai ruang tamu, dapur, wc, tempat/ruang persemayaman jenazah, dan ruang keluarga.
Ruang Sali: yang diperbolehkan masuk hanya kerabat dekat dari keluarga dan tetua-tetua adat. Pada ruang Sali ini dindingnya berwarna hitam, disebabkan oleh jelaga yang timbul pada waktu memasak dan asap yang berasal dari tungku, jelaga ini bermanfaat sebagai bahan pengawet kayu.
WC: terbuat dari batu yang berbentuk oval dan agak cekung, lalu diberi lubang, terletak di sebelah Timur, di samping kanan tungku. WC ni berfungsi untuk buang air kecil bagi ibu-ibu dan anak-anak di malam hari.
Ruang persemayaman jenazah: ruang Sali ini berfungsi juga sebagai ruang persemayaman jenazah di letakan disini menunggu urusan yang ditinggalkan si mati selesai.
Peletakkan pintu masuk di sebelah Utara atau Timur karena nenek moyang mereka berasal/dating dari arah Utara, juga arah angin yang dating selalu dari arah Utara, Utara mempunyai arti kebaikan. Pintu yang terletak disebelah Timur mempunyai arti kebahagiaan dan keceriaan disesuaikan dengan arah terbitnya matahari, dari sebelah timur. Fungsi pintu selain sebagai tempat keluar masuk manusia/penghuni juga dipakai sebagai jalan keluar bagi jenazah pada saat pemakaman.
c. Sumbung: fungsinya sebagai ruang tidur orang tua dan anak-anak yang masih menyusui serta anak-anak gadis, dan tempat menyimpan alat-alat serta harta pusaka. Peil lantai ditinggikan, yang menandakan bahwa penghuni Tongkonan mempunyai kekuasaan dan derajat yang tinggi pada wilayah tersebut.
Sumbung berada di Selatan karena anak gadis dan anak yang masih kecil perlu pengawasan yang ketat, dengan perlindungan dari anak laki-laki yang bertempat di Tangdo dan orang tua.
Ornamen dan Warna
Motif-motif ornament pada bangunan Toraja mengambil bentuk-bentuk dasar: hewan, tumbuhan dan benda langit, demikian pula di Kete’ Kesu’ ini.
Motif hewan melambangkan kekuatan dan kekuasaan, contoh:
· Ayam jantan: berkokok jam 5 pagi melambangkan kehidupan
· Kepala kerbau: menunjukan prinsip yang kokoh.
Motif tumbuhan melambangkan kemakmuran, contoh:
· Lumut: menandakan sawah sebagai sumber kehidupan
Motif benda langit melambangkan kekuasaan Tuhan, contoh:
· Matahari: sebagai sumber cahaya (terang) dalam kehidupan
Sedangkan warna dasar (kasemba) terdiri dari 4 warna, yaitu:
· Merah: berani berkorban
· Kuning: keagungan
· Hitam: berani berbuat baik
· Putih: mandiri
Jumlah motif ornament yang umum digunakan sekarang kurang lebih 74 jenis, akrena motif-motif yang lain dianggap terlalu berat untuk digunakan/diamalkan. Contoh: Pa Kadang Sepru (beras) melambangkan putusnya hubungan kekerabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar